Museum Bank Indonesia
26 November 2011
Sekarang saya mau cerita ttg koleksi museum.
Begitu memasuki ruang koleksi, ada satu dinding yg ada gambar berbagai uang logam yg bergerak-gerak menari-nari dan berputar-putar. Jika gambar itu kita kurung dengan bayangan lingkaran tangan kita, maka uang logam itu akan melintir dan akan muncul keterangan uang logam apakah yg berhasil kita kurung tadi. Wah ... kita yg sudah dewasa saja begitu excited menangkap uang logam itu, apalagi anak-anak kecil. Saking asiknya, saya sampai lupa foto, soalnya sibuk mengurung duit he he he ...
Setelah itu kita memasuki area sejarah Indonesia yg berhubungan dengan perkembangan uang. Sejak kedatangan pelaut-pelaut asing dengan niat berdagang rempah-rempah, hingga akhirnya Indonesia dijajah oleh para pendatang itu -- Portugis, Belanda, Inggris, Jepang. Semua gara-gara uang. The Power of Money.
Foto-foto dan keterangan The sailormen yg mendarat di Indonesia
Peta penyebaran uang zaman dulu
Ada pohon yg bisa ganti-ganti warna loh ... soalnya lampu sorotnya warna-warni :)
Setelah dari pohon warna-warni ini, kita pindah ke ruang lain. Kita ingin ke ruang penyimpanan emas batangan. Dinding menuju ruang itu bergambar uang logam dan uang kertas. Unik juga nih wallpaper seperti ini.
Bagi yg belum pernah lihat emas batangan, boleh masuk ruangan ini, boleh foto-foto asal tanpa flash. Jadi teringat Paman Gober dan Richie Rich. Kalau dilihat-lihat bentuk emas batangan ini seperti coklat kit-kat he he he .... (bukan promosi produk nestle loh ya ....)
Setelah itu kita pindah ke ruangan lain yg berisi koleksi uang logam dan kertas dari masa ke masa. Ada kursi berbentuk uang, kita bisa duduk di situ. Pintu masuk ruang itu seperti pintu brankas, jadi seolah-olah kita masuk ke dalam brankas raksasa.
Sekat-sekat dalam ruangan itu ada yg gambar celengan ayam jadul, celengan bulat yg jadul. Celengan saya waktu kecil seperti yg bulat itulah. Ada warna merah, hijau, biru dll.
Nah sekarang, it's all about the money ...
Uang ini kecil sekali. Untuk melihatnya disediakan kaca pembesar yg menempel pada kaca dan bisa digeser-geser ke uang atau tulisan yg mau kita baca.
Uang zaman kolonial Belanda. Keren juga design dan warnanya.
Ada bayangan saya lagi memotret he he he ...
Uang asing, ditaruh dalam laci-laci kaca yg disusun seperti lembaran buku, bisa ditarik dan dibolak-balik. Unik dan hemat tempat.
Uang Rp 5 alias Go Tun. Uang jajan saya waktu TK nol besar (sekarang TK B). Dengan uang Rp 5, saya bisa beli 2 buah permen, atau 1 buah lontong, atau 1 buah kue e.g. kue pancong, pisang goreng, kue pisang, kue cubit, dll. Waktu itu tahun 1975.
Uang Rp 25,- alias Ji Go :) Uang jajan saya waktu kelas 2 SD. Dengan uang ini saya bisa jajan 1 mangkuk mie bakso kampung, yaitu mie kuning atau bihun plus bakso sapi yg kecil-kecil seperti kelereng, rasanya bau sapi banget dan banyak sagu. Kuahnya banyak lemak dan tetelan. Habis makan mie bakso ini, kalau langsung minum air es, lemaknya pada nempel di langit-langit mulut dan lidah .... :( Oya, waktu itu kalau naik oplet (sekarang mikrolet), ongkosnya Ji Go juga.
Ini uang darurat, kertasnya seperti uang-uangan mainan monopoli. he he he ... Maklum deh, zaman darurat, kertas singkong jadi uang.
Pernah lihat uang separuh? Uangnya digunting jadi dua, yg laku hanya sebelah saja. Nah, ini penampakannya dan ceritanya.
Setelah keluar dari ruangan brankas besar, kita meninggalkan Museum Bank Indonesia. Ternyata enak juga wisata museum seperti ini. Menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman.
Selanjutnya museum mana lagi yg mau dikunjungi ?
rgds,
Lucy
2 comments:
bagussssss..... loe jadi ketularan demen ke museum yah.
Saya punya bos uang logam itu
Post a Comment