Welcome to v1olet Blog


All photos, unless I mention and credit the source, are my personal photo stocks. If you like my photos and would like to use them, please ask by writing your comment.

Monday, August 20, 2012

Minangkabau Journey : Padang Food dan Makan Durian

Kuliner - Padang Food dan Makan Durian
15 Juli 2012

Bubur Kampiun


Kita makan siang dalam perjalanan pulang dari Bukit Tinggi ke Padang.  Makan siang di Rumah Makan Aia Badarun, Padang Panjang.

Sementara hidangan disiapkan, kita disuguhkan Sekayu Agar, yg adalah agar-agar yg dimasak dengan santan, telur, dan gula jawa.  Bagian santan dan telur akan terpisah di atas dan rasanya seperti sponge.  Dulu waktu saya masih kecil, mama saya sering bikin agar-agar ini, sebelum jaman jelly-jelly yg instant.  Idealnya rasanya jangan terlalu manis, ntar jadi machtig alias bikin eneg.


Bukan hanya orang Betawi yg punya gado-gado, orang Padang juga punya gado-gado lhooo ... namanya Gado-Gado Padang he he he ...  teteup pakai kerupuk pink ...


Main Course dihidangkan dari ujung ke ujung, lengkap komplit, segala macam protein. Daging Sapi dan bagian-bagian sapi, ikan, ayam, telur, cumi, udang, dll.  Ada jengkol juga ... dan laris manis banyak penggemarnya.  Boleh comot, boleh icip, boleh nyontek, boleh sharing sepiring berdua, bebas ajah ...



Kenyang .... eitttss nanti dulu.  Ada dessert Bubur Kampiun.  Bubur Kampiun ini sebetulnya adalah bubur campur-campur yg kuahnya semua bersantan dan manis.  Ada kolak pisang, labu parang (pumpkin), biji salak, ketan hitam, pacar cina, dan bubur sum-sum.  Semangkuk Rp 10.000,-  Kalau kekenyangan, boleh sharing semangkuk berdua.  Enak ...


Setelah makan siang, kita meneruskan perjalanan pulang ke Padang.  Perut kenyang, jadi pada anteng tidur di bis.  Tiba-tiba bis berhenti  dan kita disuruh turun, ternyata sudara-sudara .... kita diajak makan durian di pinggir jalan.  Asssiiiikkkkkk .....

Durian aneh nih ... di tengahnya ada buah durian kecil, tapi rasanya manis dan enak

Durian kampung seperti ini rasanya lebih legit dan lebih creamy dibanding durian monthong.  Walaupun kecil, tapi padat.  Rasanya dari manis sampai pahit.  Saya suka durian yg pahit. Smell like heaven, taste like heaven.  Jangan lupa minum air yg sudah diaduk-aduk di cangkang durian, sebagai penangkal panas dalam dan mabok durian.



Biar tangan belepotan, mulut celemotan, tetap gaya .... dasar narsis.  Foto narsis by Liendha Andajani, secara dia kagak doyan durian tapi kagak anti durian (tidak mabok mencium aroma durian), jadi bisa dikaryakan untuk foto-foto kita.





Kita berpisah di Bandara Minangkabau, karena sebagian dari rombongan ada yg extend di Padang, dan ada yg lanjut ke Pulau Mentawai.  Yg pulang ke Jakarta hanya 7 orang, termasuk saya dan Liendha.

JT 357 ETD 17:50 ETA 19:40, tapi biasa deh Lion Air delay sejam lebih ...

Overall, Minangkabau Journey yg diselenggarakan oleh Kemilau Indonesia ini sangat menyenangkan.  Jalan-jalan santai, kalau dapat foto bagus adalah bonus.  Relax and enjoy ...  Recommended!

The end

rgds,
Lucy

Saturday, August 18, 2012

Minangkabau Journey : Puncak Lawang

Puncak Lawang
15 Juli 2012



Hampir saja kita batal ke Puncak Lawang pagi ini.  Apa sebab?  Begini ceritanya.

Acara Pacu Jawi kemarin sore berakhir sekitar jam 4 sore.  Kita langsung menuju ke Bukittinggi dan check in di Hotel Grand Rocky Bukit Tinggi.  Hotel ini baru direnovasi, cukup bersih, and yg tak terlupakan adalah motif karpetnya yg meriah dan beda lantai, beda motif ... he he he ...

Sepanjang sore itu cuaca mendung dan hujan sehingga acara memotret Jam Gadang saat sunset dibatalkan.  Lagi pula di sekitar Jam Gadang sedang ada event seperti bazaar sehingga banyak tenda-tenda yg kurang OK untuk dipotret.  Jam 7 malam kita makan di RM Simpang Raya.  Selama makan malam ini kita membicarakan mengenai trip-trip Kemilau Indonesia yg akan datang.  Juga mengenai agenda acara buat besok.  Menurut EO, jika hujan semalaman, maka kemungkinan besar Puncak Lawang akan berkabut sehingga tidak memungkinkan foto sunrise.  Plan B adalah ke Ngarai Sianok.  Kita diminta memilih mau tetap Plan A yaitu sunrise di Puncak Lawang atau Plan B.  Kita ke kamar EO untuk lihat foto-foto Puncak Lawang dan Ngarai Sianok baru kemudian memutuskan.  Setelah melihat foto-foto, kita memutuskan tetap sesuai jadwal, yaitu Plan A -- ke Puncak Lawang.  Kalaupun hujan, mendung, matahari tak muncul, kita tetap masih bisa memotret kabut dan pohon-pohon.

Pagi ini kita bangun sebelum subuh, sebab jam 5 tepat kita berangkat ke Puncak Lawang.  Sudah disiapkan sarapan pagi di kotak, yaitu Nasi Goreng.  Kalau sudah sarapan kan enak tuh, perutnya padat dan tidak masuk angin.  Tapi saya dan Liendha tetap pasang koyo di pusar supaya tidak eneg dan tidak masuk angin.  Hari masih gelap waktu bus meninggalkan hotel, tapi berangsur-angsur makin terang dan mendekati lokasi Puncak Lawang ternyata cerah dan kemungkinan besar matahari bersinar dan bisa dapat foto bagus .... wah .... senangnya ....

Berikut ini foto-foto di Puncak Lawang, Kelok 44.

Begitu menaiki tangga dan memasuki lokasi, kita langsung disuguhi pemandangan seperti ini.  Benar-benar menyegarkan mata.



Spot-spot fotonya memang tidak banyak, misalnya lautan awan, Danau Maninjau, perkampungan hijau yg ada mesjidnya, dan pohon-pohon.  Selebihnya bisa foto-foto narsis he he he ...




Setelah beberapa waktu memotret, mulai berkabut tapi hari cerah.  Foto-foto jadi dramatis.






Ini foto-foto narsis ... been here, done that ...

Photo Credit : Liendha


Photo Credit : Dodi Sandradi

Photo Credit : Dodi Sandradi

Photo Credit : Liendha Andajani

Tadinya kita mau ke desa Lawang untuk foto human interest tapi batal karena keenakan foto landscape di sini.  Kita juga tidak jadi ke Pasar Atas Bukit Tinggi karena mengejar waktu check out dan perjalanan kembali ke Padang.

Next : Lunch dan Makan Duren

rgds,
Lucy

Monday, August 13, 2012

Minangkabau Journey : Hiburan Rakyat

Pacu Jawi, Nagari Sungai Tarab, Tanah Datar
14 Juli 2012

Selain Pacu Jawi, masih ada kegiatan lain di Nagari / Desa Sungai Tarab, yaitu hiburan rakyat.  Mainan anak-anak, pasar kaki lima yg menjual berbagai barang dan makanan.  Berikut ini foto-foto suasana dan keramaian hiburan rakyat.

Melintasi sawah, menuju pusat keramaian

Main Musik & Lagu Tradisional ...




Mainan Anak-Anak
Bianglala dari kayu, komidi putar, diiringi dengan lagu-lagu anak-anak ... seperti di taman ria, tapi versi sederhana.

Naik Bianglala (Flyers dari kayu)

Jajan ... nikmat banget ...

Makanan dan Jajanan

Bakso bakar / panggang plus bumbu BBQ

Bakso Goreng Tepung

Kacang Kulit, rasanya manis ...

Minum Kopi Daun
Tua muda minum Kopi Daun yg katanya rasanya seperti teh ...
Aneh tapi nyata, kopi dengan rasa teh ...
Ini teh kopi ...





Kids ...






Next : Puncak Lawang

rgds,
Lucy

Sunday, August 12, 2012

Minangkabau Journey : Pacu Jawi

Pacu Jawi Binuang Mandahiliang
Nagari Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar
14 Juli 2012



Pacu Jawi (Balapan Sapi) adalah salah satu alasan mengapa saya ikut trip Kemilau Indonesia. Pacu Jawi adalah olahraga di kabupaten Tanah Datar selama ratusan tahun. Sejak tahun 2006 event ini mulai terdengar dan ternyata yg mempopulerkan event Pacu Jawi ini adalah Kemilau Indonesia. Dalam dunia fotografi, event Pacu Jawi jadi tujuan hunting dan banyak foto-foto Pacu Jawi yg menang lomba.  Makanya saya kepingin melihat langsung dan coba mengabadikannya.  Ternyata mamang seru dan berkesan. 





Pacu Jawi ini diadakan setelah panen padi.  Berlangsung selama seminggu.  Setahun ada 4 kali dan diadakan bergiliran di 4 desa atau nagari di Kabupated Tanah Datar.  Kali ini tuan rumahnya adalah Nagari Sungai Tarab.  Arenanya adalah sawah berlumpur yg sudah dibersihkan dari tanaman padi dan rumput-rumput.  Kita datang di acara penutupan atau puncak acara. 

Arena Pacu Jawi


Pacu artinya adu, balap, atau lomba.  Jawi artinya sapi.  Jadi Pacu Jawi artinya adu sapi atau balapan sapi.  Berbeda dengan karaban sapi atau lomba sapi lainnya, Pacu Jawi ini sapinya tidak diadu, tapi menurut saya seperti kontes sapi.  Sepasang sapi akan berlari dengan arahan seorang joki.  Yang dinilai adalah bagaimana sepasang sapi ini berlari dengan serasi, cepat, dan lurus.  Ini adalah filosofi hidup, kalau sapi saja jalannya bisa lurus, apalagi manusia hidupnya harus lurus alias tidak melenceng dari norma-norma yg berlaku.  Jurinya adalah pemuka adat setempat.  Jokinya ada beberapa orang dan mereka inilah yg dipilih oleh pemilik sapi untuk mengendalikan sapi-sapinya. Para joki ini berbadan kekar dan sangat andal, karena mereka naik di atas bajak yg ditarik oleh sepasang sapi dan dia berpegangan pada buntut kedua sapi itu.

Joki berotot kawat bertulang besi he he he ... fitness dimana neehhhh ....

Penampilan para Joki, Juragan Sapi dan penonton banyak yg unik -- ada yg pakai topi seperti cowboy, ada yg pakai topi seperti blankon, dll.  Ada pembawa acara dengan pengeras suara yg akan memimpin acara sekaligus mengawasi penonton yg berkerumun di sekitar arena.


Membawa bajak


Sebelum bertanding, sapi-sapi dimandikan, dan digiring ke lapangan untuk tunggu giliran berpacu.  Tiap pasangan akan dapat giliran 5x, setelah itu sapi-sapi akan dimandikan lagi kemudian istirahat.  Sapi untuk Pacu Jawi bukanlah sapi biasa yg digunakan untuk membajak sawah, tapi special buat Pacu Jawi.  Sapinya kekar berotot dan harganya mahal.  Jika sapi ini cidera saat bertanding, misalnya kakinya patah .... tiada berguna lagi, dan riwayatnya tamat dijagal. 

Menarik sapi ke arena, sapinya ogahhhh ...

Bajak yg dipijak oleh Joki

Saat Pacu Jawi, sang joki tidak pakai pecut untuk memacu sapi-sapi itu, tapi dia akan menggigit buntutnya.  Unik bukan?

Gigit Buntut Jawi supaya ngaciiiirrrrr ....

Buntut digigit, jawinya merem melek tuhhh ...

Memotret Pacu Jawi ini seru, unik, dan lucu.  Arenanya sawah berlumpur, kita jadi sering kena cipratan.  Karena sawah ini terasering, spot kita memotret sedikit lebih rendah dari arena.  Jika sapinya berlari melenceng, bisa-bisa mereka terjun ke tempat kita memotret.  Jadi sembari memotret, kita harus jeli melihat kemana arah larinya sapi-sapi itu.  Kalau mendekati arah kita, kita harus sigap lari menyelamatkan diri.  Kalau tidak, kita bisa diseruduk.  Kalau kita telat lari, minimal kita kena cipratannya .... ya maklum dah ... sapiiiiiii suka blong remnya.  Itu sebabnya ada pembawa acara yg bawa-bawa toa pengeras suara sebagai usher yg menghalau kerumuman orang yg menghalangi jalur larinya sapi.  Pihak PORWI (Persatuan Olahraga Pacu Jawi) sangat kooperatif dengan para fotografer khususnya fotografer Kemilau Indonesia he he he....  Selain group kita, banyak juga fotografer lokal maupun mancanegara misalnya dari China, Australia, dan bule-bule lain. Ada orang Australia yang membuat film/video event Pacu Jawi ini.  Saya tahu, sebab waktu motret ini, di kiri saya fotografer China (suami istri) dan di kanan saya kameramen dari Australia dengan asistennya yg gesit menutup kamera jika jawi-jawi mendekat sembari menciprat lumpur.



Boss Dodi Sandradi diantara para fotografer yg belepotan lumpur

Cipratan lumpur, bikin foto jadi dramatis

Tips memotret Pacu Jawi (versi Dodi Sandradi, Kemilau Indonesia) :
1. Lensa Tele 70-200 mm
2. AV
3. Aperture f/5.6 - 6.3
4. Speed minimal 1/1000
5. ISO minimal 200
6. AI Servo
7. Auto WB
8. Continuous Hi Speed
9. Compact Flash yg cukup (tak ada waktu buat hapus-hapus foto yg salah)
10. Lap untuk bersihkan cipratan lumpur, plastik buat tutupin lensa
11. Outfit : baju tangan panjang (biar gak gosong), celana pendek (biar sigap loncat), sendal jepit (biar gampang bersihin lumpur, cuci kaki), dan topi (puanassss). 

Oya, sendal jepitnya yg bagusan dikit kualitasnya, sebab ada kejadian sendal jepit salah satu rekan kita sampai putus waktu lari-lari menghindari sapi-sapi yg keluar arena. Terpaksa nyeker sampai dibelikan sendal jepit baru.


12. Penonton ... boleh pakai payung.  Payung pink juga boleh he he he ....



Selain acara di arena Pacu Jawi, ada juga keramaian dan hiburan rakyat setempat.

More photos, please visit my Flickr

Next : Suasana Pacu Jawi

rgds,
Lucy