Day 2 : 13 Mei 2011
Hari ini kita mau half day tour ke Cu Chi Tunnels. Sore hari kita akan ke Hanoi dengan pesawat udara.
Bangun jam 6, Breakfast jam 7, dijemput di lobby jam 8 pagi. Seperti biasa, begitu bangun tidur, saya langsung membuka jendela untuk melihat lingkungan sekitar. Pagi yg cerah. Ternyata di belakang hotel ini ada sungai yg tampak sibuk dengan aktivitas transportasi air.
Click the image to enlarge.
Sarapan kita adalah Buffet Breakfast. Jenisnya tidak banyak tapi cukup mewakili. Ada Pho (mie beras dengan kuah kaldu dan irisan daging), bubur ayam, aneka roti, nasi + sayur + daging, telur, dan sejenis lagi seperti che chong fan (bener gak nih nulisnya ...), juice buah, buah, kopi, teh, dan susu. Lumayan mengenyangkan ya ...
Karena check out jam 12, dan saat itu kita masih tour, jadi kita check out di pagi hari. Koper kita titip di reception (kan gak ada concierge).
Jam 8 lewat, kita dijemput dengan bus untuk tour ke Cu Chi Tunnels.
Cu Chi Tunnels
Biaya tour sebesar USD 15, termasuk transportasi, tiket masuk, dan makan siang. Sebetulnya di hotel kita juga ada tour seperti ini seharga USD 7 tapi hanya transportasi saja, tidak termasuk tiket dan makan siang. Dan ternyata dari semua peserta satu bis besar itu, hanya kita berdua yg bayar USD 15. Kita dijemput satu per satu di hotel masing-masing, ada hotel besar dan hotel kecil, bahkan hostel. Mayoritas peserta tour adalah orang bule. Selain kita berdua ada 2 orang dari Filipina, 2 orang Malaysia, 2 orang Singapore, 2 orang India, dan selebihnya orang bule.
Perjalanan dari HCMC ke Cu Chi Tunnels (dibaca : Ku Ci Tunnels) ditempuh dalam waktu 2 jam lebih. Tour guide kita pria umur 30-an namanya Ngoc, orangnya lucu dan ceplas-ceplos, bahasa Inggrisnya lumayan, dan dia menyebut rombongan kita "My Family".
Tiba di Cu Chi Tunnels kita digiring ke Gallery untuk dijelaskan mengenai sejarah Cu Chi Tunnels, ada video, peta, dan penjelasan dari guide berbahasa Inggris. Untuk yg tidak suka sejarah, agak membosankan. Tapi sebagian besar dari rombongan kita pada tekun mendengarkan. Saya dan Jane sudah mulai bosan dan kepanasan, karena memang hari ini panas terik, luar biasa ....
Saya keluar untuk foto-foto lingkungan sekitar. Kalau pernah ke Museum Lubang Buaya (G30S PKI), nah seperti itu deh keadaannya. Seperti hutan, banyak pohon-pohon dan banyak lubang-lubang persembunyian. Sayup-sayup terdengar suara tembakan senapan, karena ada shooting gallery. Kalau mau coba-coba menembak pakai senapan beneran, boleh tuh ke gallery itu. Bayar berdasarkan senapan dan peluru yg digunakan.
Batang pohon unik ...
Pohon nangka berbuah banyak banget ...
Lubang bekas ledakan bom
Setelah nonton video, rombongan kita mulai mengelilingi lokasi ini. Berawal dari lubang persembunyian yg kecil mungil hanya selebar pinggang. Diperagakan oleh tour guide kita, Ngoc.
Setelah itu kita di bawa keliling melihat lubang-lubang persembunyian yg lainnya, lubang udara, alat jebakan, perangkap, alat penyiksaan, tanks, dll. Kalau dibayangkan rada ngeri dan di luar batas kemanusiaan. Jadi saya tidak posting foto alat-alat penyiksaan itu ya ... Kita juga di bawa ke tempat pembuatan senjata / alat-alat perang (military workshop).
Di sini banyak cacing .... they were everywhere ...
Setelah itu, yg mau mencoba menembak, boleh ke shooting gallery. Sedangkan kita bisa ke cafetaria untuk makan bakso goreng, sosis goreng, ice cream, dan snack lainnya. Kita jajan es kacang merah dan bakso goreng. Perhentian selanjutnya adalah melihat seorang ibu-ibu membuat rice paper yaitu kulit lumpia vietnam yg tipis bening dari tepung beras. Unik juga cara buatnya.
Ban bekas dibuat sendal ... Jadi ingat cerita mama saya, waktu dia masih kecil di Muara Enim Sumatera Selatan, kalau sekolah pakai sepatu sendal dari karet ban bekas begini. Ini foto sendal berbagai ukuran, dari yg kecil sampai yg gede banget ... kaki siapa ya segede itu ?
Nah, sekarang kita masuk ke dalam tunnel yg sesungguhnya ... terowongan di dalam tanah yg gelap, kecil dan sempit, hingga kita harus jongkok, merangkak, dan meraba-raba dalam kegelapan. Yg punya penyakit asthma dan jantung, tidak boleh masuk, nanti bisa sesak napas. Begitu masuk terowongan ini kita masih bisa berdiri sambil nunduk sedikit, lama-lama nunduk makin pendek, terus jongkok, akhirnya harus merangkak. Saya yg pendek dan tidak gemuk saja sudah susah, apalagi yg jangkung atau gemuk, wah... sengsara deh.
Saya masuk terowongan ... di depan saya pasangan suami istri bule usia di atas 60 tahun yg badannya tinggi besar dan agak gemuk. Kebayang kan waktu harus merangkak di terowongan yg sempit, si suami berkali-kali bilang "Oh My God, Oh My God ..." dan istrinya bilang "This is what you asked for, Dear ... I told you not to do this ..." Sedangkan saya sendiri yg bawa ransel di punggung, waktu harus merangkak, ransel saya nyangkut, cannot go in, cannot go out. Di belakang saya ada 2 cowo bule yg tidak sabaran pengen cepat-cepat keluar. Tapi berhubung saya nyangkut, mereka jadi mandeg juga. Cowo yg tepat di belakang saya, bilang "Saya gak bisa maju, cewe yg di depan saya ini lagi nyangkut ranselnya ... tunggu dulu dong, jangan dorong-dorong" he he he ... jadi heboh.
Inilah pintu keluar dari terowongan ...
Terowongan yg kita masuki ini cuma jarak pendek saja lho ... tapi pinggang kita udah pegal-pegal, keringatan sampai kuyup. Bayangkan kalau kita musti masuk terowongan yg panjang dan sembunyi berjam-jam ... bisa mateng deh kita kayak tape singkong.
Bunker dan atapnya yg unik.
Lelah setelah masuk terowongan, kita istirahat sambil makan singkong rebus dan minum teh pahit di pondok-pondok yg teduh ... Ngobrol-ngobrol dan bertukar cerita dengan sesama turis mancanegara. Singkongnya ternyata empuk dan pulen. Tehnya pahit dan seperti bau gosong ... tapi berhubung hanya ini yg tersedia dan gratis pula ... minum aja deh.
Wisata ke Cu Chi Tunnels berakhir di sini ... kita kembali ke bus dan pulang menuju Ho Chi Min City.
Kita tiba di HCMC sekitar jam 2 siang, belum makan. Kita diturunkan di depan perwakilan tour&travel yg kita booking via internet. Bertemu dengan Mr. Tam dan dibawa makan siang di sekitar Pham Ngu Lao Street, District 1.
to be continued
rgds,
Lucy
No comments:
Post a Comment