Day 4 : August 30, 2011
Huangshan
I woke up at 4.30 AM, and it's still raining.
The possibility to see sunrise became 0%.
However, 3 of us and our tour guide went to the sunrise spot.
Got no sunrise - just misty, windy, cold, and wet morning.
Sudah tahu hujan, masih semangat '45 nekad dan keukeuh pengen lihat matahari terbit. Saya dan 2 orang teman saya ke lobby. Lobby-nya gelap, hanya 1 lampu kecil yg menyala. Di gunung kudu hemat energi. Ada beberapa orang yg tetap hiking or trekking di tengah hujan yg semakin deras. Ada satu group tour dari Indonesia juga yg terdiri dari belasan cewek2 pada batal melihat sunrise dan pada ngobrol di lobby.
Jam 5 lewat, muncul si Jacky, local tour guide kita, masih pakai kaos oblong dan jeans lusuh yg kemarin siang, rupanya dia kagak mandi dan kagak ganti baju. Tanpa jas hujan, tanpa senter, dengan gaya tangan masuk di saku jeans, dia nyamperin kita sembari ngomong satu kalimat doang : "It's raining, we cannot see sunrise." Tanpa ba-bi-bu, dia langsung balik kanan, meninggalkan kita yg terbengong-bengong. Dia langsung menuju ke kamarnya. Karena konsep lobby hotel ini terbuka, jadi kita bisa ngeliat dia naik tangga (gak ada lift di hotel ini), lalu masuk di salah satu kamar di lantai 2. Wah ... kita ditinggal begitu saja. Mana nih si Sumar, tour guide Best Tour, kok dia gak muncul.
Akhirnya kita memutuskan mau gedor kamar Jacky dan Sumar, pengen pinjem senter, lalu pergi sendiri untuk lihat sunrise. Kita samperin tuh kamar, kita gedor2 sembari manggil-manggil nama Sumar ... Sumar .... Hasilnya? Kagak dibukain loh pintunya. Salah satu teman saya telpon ke HP Sumar, diangkat dan kita bilang kita mau pinjam senter. Kita masih tetap di depan kamar yg kita gedor. Tak lama kemudian, Sumar muncul, bukan dari kamar itu, dari lorong lain. Nah ... lho... jadi ini kamar siapa yg kita gedor2 ? Ternyata itu kamar Jacky dan sesama local tour guide. Katanya di kamar itu isinya 6 orang di 3 ranjang susun, semuanya local tour guide. Mereka biasa minum dan main judi hingga larut malam, jadi pagi begini, apalagi dingin2 dan hujan pula, mereka tidur pulas banget. Pantesan biar digedor, tetap gak nongol.
Sumar mau menemani kita lihat sunrise walaupun kemungkinan 0%. Penasaran ajah. Kita tunggu di lobby. Tak lama kemudian Sumar muncul, dan akhirnya Jacky muncul dengan penampilan dan gaya yg sama. Tanpa ngomong, dia langsung jalan di depan. Kita berempat ngikutin sambil menyalakan senter, krn gelap. Ternyata kita sampai di tempat yg kemarin kita datangi untuk lihat sunset. Eh ... cuma di situ doang .... Si Jacky bilang, "Nih di sini tempatnya. Kalau cerah, sunrise kelihatan dari sini. Udah ya ... gw mau balik. Ntar kalian pulang ke hotel sendiri." Kita berempat ditinggalin di situ. Coba tuh ... baru sekali gw ketemu local tour guide kurang ajar kayak gitu. Emosi jiwa gw jadinya ....
Bukan cuma kita, ternyata banyak juga yg nekad ke sini walaupun hari hujan, berkabut, dingin, dan banyak angin. Setelah foto-foto sejenak, kita kembali ke hotel dan sekitar jam 6 lewat, kita sarapan. Setelah sarapan, kita mandi dan siap-siap packing untuk check-out.
Kita kumpul di lobby dan anak-anak muda dari kelompok kita merayu waitress supaya boleh meng-copy foto-foto sunrise saat hari cerah dari i-Pad si waitress. Hebat loh, waitress aja ber-i-Pad-ria. Biar gak lihat sunrise, yg penting punya foto sunrise. Dari foto-foto itu kita lihat bahwa banyak spot-spot yg pemandangannya indah yg kita lewatkan. Akhirnya kita memaksa Jacky untuk membawa kita ke tempat2 itu. Apapun yg terjadi, pokoknya harus ke sana.
Sekitar jam 9:30 kita check-out. Kita jalan lagi dengan memakai jas hujan koneng, karena masih hujan. Duh eneg banget lihat jas hujan koneng ini ... tapi terpaksa memakainya. Tas dan backpack dipikul sama tukang pikul. Kita bawa tas seperlunya dan bawa diri aja. Perjalanan cukup jauh dan licin. Tujuannya adalah ke Hotel Pai Yun (baca : Fei Yuen) untuk makan siang.
Setelah perjalanan yg melelahkan, akhirnya tiba di hotel itu. Jacky menawarkan siapa yg masih kuat jalan 3.5 km untuk melihat pemandangan, boleh ikut dia. Selebihnya tinggal di Hotel, minum-minum teh hangat sembari menunggu makan siang dihidangkan.
Hanya 6 orang dari kita yg ikutan. Saya dan teman sekamar saya termasuk diantaranya. Karena hujan deras sekali dan katanya jalannya licin dan curam, saya memutuskan meninggalkan kamera DLSR dan membawa kamera compact saja Canon IXUS 860 IS -- sesuatu yg amat sangat saya sesali habis-habisan .....
Setelah berjalan sekitar 20 menit, nah ... barulah kita melihat pemadangan Huangshan yg sebenarnya. OMG .... memang indah ternyata .... dan saya menyesal sekali mengapa saya enggak nekad membawa kamera DLSR saya ....
Gunung berlapis-lapis
Lautan awan
Batu kepala burung
Lautan awan lagi
Gembok cinta supaya cintanya abadi
Foto basah kuyup dengan jas hujan koneng
Lautan awan lagi ah ...
Batu-batu yg aneh-aneh bentuknya
Foto dengan kamera compact saja sudah lumayan bagus, ... pakai kamera DLSR lebih bagus lagi. But, paling bagus ya .. pemandangan aslinya.
Tepi jalan, langsung jurang
Tapi ada juga yg dikasih pembatas kayu seperti ini
Perjalanan kita stop sampai di sini. Tangganya melingkar-lingkar turun.
Kalau dilanjutkan, bisa sampai sore hari ... Waktunya gak keburu.
Jadi sebetulnya kalau mau melihat pemandangan yg bagus, menginapnya bukan di Shilin, tapi di hotel-hotel sekitar sini. Hanya sayangnya hotel-hotel di sekitar sini bukan 4 star Hotel. Jadi fasilitasnya kurang bagus. Kita kembali ke Pai Yun Hotel dan makan siang.
Makan siang kita rasanya lebih gak enak lagi daripada yg tadi malam. Lebih banyak yg dibuang dari pada yg dimakan. Sebetulnya berasa sayang mengingat upaya yg dikerahkan untuk membawa makanan ini dari kaki gunung, dipikul dengan terburu-buru supaya tiba on time saat makan siang. Nyatanya, bersisa segini banyak dan akan dipikul lagi turun gunung hanya untuk dibuang. What a waste ... so sorry sorry sorry food .... juga sorry sorry sorry untuk tukang pikul. Bukan maksud hati menyia-nyiakan makanan ini, tapi memang porsinya banyak dan rasanya gak karuan, bertentangan dengan lidah kita. Sebetulnya mendingan 4 macam makanan saja tapi rasanya enak dan cocok, daripada 10 macam masakan yg rasanya tak jelas ini.
to be continued
rgds,
Lucy
2 comments:
fotonya bagus-bagus, wlopun hujan...dah diedit ya?
hujan rintik-rintik.
di beberapa foto ada titik-titik hujan yg tidak bisa di-edit.
Post a Comment