Cirebon, 17 Januari 2015
Salah satu cara berweek-end ria adalah ke Cirebon.
Mengapa ke Cirebon ?
Sebab ke Bogor macet, ke Puncak macet, ke Bandung juga macet.
Ke Bali kejauhan. Makanya ke Cirebon aja.
Ke Cirebon enggak macet sebab naik Cirebon Express. Harga tiket Rp 200.000,- sekali jalan. PP jadi Rp 400.000,- Keretanya bersih dan waktu tempuh kurang lebih 3 jam saja.
Kami berlima, Jeny - Vincent - Debby - Jeffry, dan saya, berangkat dari Stasiun Gambir jam 6 pagi (on time) dan tiba di Stasiun Cirebon jam 9 pagi. Kita dijemput oleh Ary, saudara kita yg secara suka sama suka, rela menjadi guide kita selama 2 hari.
Selfie di dalam Kereta Cirebon Express, the power of tongsis. Photo by Vincent Nursalim
Foto di Stasiun Cirebon, photo by Vincent Nursalim
Ngapain di Cirebon ? Macam-macam lah ...
Bisa kuliner -- Nasi Lengko, Nasi Jamblang, Empal Gentong, Empal Asam, Docang, Tahu Gejrot, Mie Kocok, Mie Koclok (bukan salah ketik ya ... emang beda sama Mie Kocok), Kue Tapel, Es Durian, Kerupuk Melarat, dll
Bagi yg batik lover, bisa belanja batik di Sentra Batik Trusmi. Motif batik khas Cirebon adalah motif awan alias Mega Mendung.
Bagi yg suka sejarah, bisa berwisata ke Keraton Kasepuhan, Kanoman, dll
Bagi yg suka berenang dan berendam, bisa ke Cilimus, di situ ada pemandian air panas Grage Sangkan.
Yg suka motret, bisa ke Pelabuhan/Pantai Kejawanan untuk motret kapal karam dan sunrise.
Ibu-ibu bisa belanja oleh-oleh manisan buah Shinta, dan belanja berbagai ikan asin, emping, dan kerupuk di Pasar Kanoman.
Tulisan ini baru part 1, masih ada kelanjutannya untuk kuliner, jalan-jalan, belanja oleh-oleh dst.
Nama asli Cirebon dalam bahasa kunonya adalah Grage. Jadi kalau ada Grage Mall artinya Cirebon Mall, Grage Sangkan artinya Cirebon Sangkan, dll. Lalu Cirebon artinya apa ? Coba lihat persamaan matematika di bawah ini :
Cirebon = Ci + rebon
Jika Ci = kota/tempat, dan rebon = udang kecil-kecil, maka
Cirebon = Kota Udang
Nah ... sudah jelas bukan.... jadi karena kota Cirebon ini letaknya di pinggir laut, maka banyak yg profesinya nelayan ikan, udang, cumi, teri, rajungan, dll. Karena produksinya berlimpah terutama udangnya, dari yg kecil sampai yg besar, maka kelebihan yg berlimpah itu diawetkan supaya tidak rusak dan mubazir, dibuatlah udang kering, teri asin, cumi asin, ikan asin, dll
Kuliner di Cirebon itu enak dan aman, sebab makanannya masih asli, kata Ary yg orang Cirebon Asli. Karena bahan-bahannya banyak dan berlimpah, jadi masih memakai bahan-bahan yg tanpa campuran pengawet dan bahan berbahaya lainnya. Misalnya kalau bahanya dari singkong, ya singkongnya asli, kelapanya asli, pokoknya pedagangnya enggak neko2 pakai bahan2 yg berbahaya. Semoga pedagang makanan di Cirebon tetap asli dan bertanggung jawab.
Oya di Cirebon dilarang berjualan miras, termasuk bir. So jangan cari bir di supermarket atau minimarket di Cirebon, dijamin ga bakal ada.
Cirebon termasuk di provinsi Jawa Barat, tapi tidak jauh dari Jawa Tengah maka bahasanya campuran antara Sunda dan Jawa Tengah yg agak kasar. Ciri khas orang Cirebon adalah menambahkan kata "tah" untuk pertanyaan, dan "jee" untuk pernyataan.
Di Cirebon ada 2 tangki air yg buesaaaar sekali untuk memasok kebutuhan air bersih rumah-rumah di Cirebon. Letaknya di tengah kota dan kita bisa lihat sewaktu kita melewatinya.
Sebetulnya kalau mau jalan-jalan ke Cirebon bisa pulang hari, tak usah menginap. Jadi berangkat pagi-pagi dengan Cirebon Expres yg jam 6, lalu pulang ke Jakarta dengan Cirebon Express juga yg jam 6 sore. Kecuali kalo mau melihat sunrise di Cirebon, kudu menginap.
Stasiun di Cirebon sudah modern juga loh ... ada Roti O dan Starbucks ha ha ha ...
Cirebon trip kali ini adalah yg kedua. Dulu banget, di tahun 2001 saya ke Cirebon bersama Liendha dan mbak Ririn. Waktu itu kita menginap di Grage Sangkan 2 malam dan jalan-jalan ke Cirebon.
to be continued
Cirebon Trip, 17 Januari 2015 - part 2
rgds,
Lucy
No comments:
Post a Comment