Day 8 : September 3, 2011
Yu Garden
Yuyuan Garden or Yu Garden is located in the center of the Old City next to the Chenghuangmiao area in Shanghai, China, is considered one of the most lavish and finest Chinese gardens in the region.
The garden was first established in 1559 as a private garden created by
Pan Yunduan, who spent almost 20 years building a garden to please his
father Pan En, a high-ranking official in the Ming Dynasty,
during his father's old age. Over the years, the gardens fell into
disrepair until about 1760 when bought by merchants, before suffering
extensive damage in the 19th century. In 1842, during the Opium Wars, the British army occupied the Town God Temple for five days. During the Taiping Rebellion
the gardens were occupied by imperial troops, and damaged again by the
Japanese in 1942. They were repaired by the Shanghai government from
1956–1961, opened to the public in 1961, and declared a national
monument in 1982.
Source : Wikipedia
Itu tadi sejarahnya menurut Wikipedia. Selain taman, Yu Garden juga punya area pertokoan yg menyatu dengan taman. Gaya bangunan toko-tokonya dibuat senada dg bangunan tua di kompleks Yu Garden, bahkan Haagen Daas dan Starbucks juga gerainya berupa bangunan kuno. Ramainya seperti pasar dan suasananya pecinan sekali deh ... mirip di Glodok, Gloria, Petak Sembilan, Toko Tiga he he he ...
Jualan apa saja? Makanan, minuman, camilan, kue-kue, toko souvenir, asesoris, tas, baju, sepatu, obat, segala macam deh. Kita keliling-keliling ke toko-toko dulu, setelah itu baru memasuki kawasan taman.
Suasana taman di sore hari, ramai pengunjung ...
Tuh ... orang belanja aja sampai bawa koper segala ... turis mborong ...
Sambil menunggu rekan-rekan berkumpul, saya masuk ke toko obat untuk ngadem, karena toko obat ini pakai AC. Toko obat ini ada beberapa sinshe yg praktek. Pasien bisa konsultasi dan langsung dibukakan resep oleh sinshe. Saya duduk-duduk di bangku pasien di ruang tunggu periksa sambil kipas2 sebab masih gerah dari luar.
Teman-teman saya beli obat untuk ramuan masakan berupa akar atau batang tanaman obat, saya gak ingat namanya. Belinya ditimbang dan ada harga per ons-nya. Harganya mahal euy!. Tapi demi kesehatan, cia pho (makan masakan obat) secara rutin, bolehlah ... Jika sudah dibayar, bisa minta diiris-iris dengan mesin sebab keras. Bisa forever kalau kita harus mengirisnya dengan pisau dapur di rumah.
Sebelum diiris, dikeringkan dulu sekali lagi di dalam oven supaya tidak jamuran kali ya ...
Setelah dikeringkan, baru dimasukkan dalam mesin pengiris obat, dan hasilnya seperti gambar di bawah ini. Tipis-tipis. Selanjutnya dibungkus dalam kertas dan dimasukkan dalam plastik.
Setelah dari toko obat, kita menuju Restaurant untuk makan malam. Hari sudah senja. Ini senja terakhir trip kita kali ini. Dari dalam bis yg melaju, terlihat matahari menyembul diantara gedung-gedung tinggi di kota Shanghai.
Dinner
Dinner kita adalah di Restoran yg menghidangkan masakan Chinese - Thailand. Katanya masakan ini adalah hidangan khas daerah perbatasan China dan Thailand. Jadi rasanya asam pedas. Compact flash saya sudah full, jadi tidak bisa foto-foto lagi. Compact Flash cadangan ada dalam koper besar di bagasi. Malas deh mengambilnya, udah deh ... gak bisa foto-foto lagi.
Masakannya biasa aja ternyata. Juga tidak seperti masakan Thailand yg asam pedas segar. Yg unik adalah resto ini ada pertunjukannya lho .... Ada tari-tarian yg gerakannya dan kostumnya perpaduan antara budaya China dan Thailand. Tapi sudah diberi sentuhan modern. Dan yg bikin kita makan sambil senyum-senyum geli plus jijay adalah penarinya ternyata bencong. Kok tahu? Mukanya muka cowo yg rada kasar dan dagunya persegi, kulitnya hitam, perawakannya kurus tapi berotot, bukan body cewe lah pokoke ... tapi pakai pakaian wanita dengan bulu-bulu yg terbuka di bagian perut. Kebayang gak anehnya. Dandanan menor, bedak keputihan cemang-cemong, lipstick merah menyala. Gerakannya mulai dari yg luwes dan anggun (maksudnya ...) sampai tari perut yg sexy (maksudnya ...), tapi yg ada kita malah ketawa-ketiwi menontonnya. Saya sampai gak tega memotretnya ... gak sampai hati. Kenapa sih tidak cari cewe beneran aja yg menari. Wong makan kok dihibur sama tarian yg kayak gitu sih ... keselek nih ...
Setelah makan, tiba saatnya kita menuju ke Airport. Kita naik Maglev Train dari Stasiun Maglev menuju Pudong International Airport. Sedangkan bagasi kita diangkut dengan bus ke Airport.
Shanghai Maglev Train
Shanghai Maglev Train or Shanghai Transrapid (Shànghǎi Cífú Shìfàn Yùnyíng Xiàn; literally "Shanghai Magnetic Levitation Demonstration Operation Line") is a magnetic levitation train, or maglev line that operates in Shanghai, China. It is the first commercially operated high-speed magnetic levitation line in the world. The train line was designed to connect Shanghai Pudong International Airport and the outskirts of central Pudong where passengers could interchange to the Shanghai Metro to continue their trip to the city center.
Construction of the line began in 1 March 2001
and public commercial service commenced on 1 January 2004. The top
operational commercial speed of this train is 431 km/h (268 mph), making
it the world's fastest train in regular commercial services since its
opening in 2004, faster than TGV in France and also faster than the
latest CRH conventional wheel train in China at 350 km/h (217 mph). The train set and tracks were built by Siemens.
The line runs from Longyang Road station in Pudong to Pudong International Airport. At
full speed, the journey takes 7 minutes and 20 seconds to complete the
distance of 30 km (18.6 mi), although some trains in the early morning
and late afternoon take about 50 seconds longer. A train can reach
350 km/h (217 mph) in 2 minutes, with the maximum normal operation speed
of 431 km/h (268 mph) reached thereafter.
Source : Wikipedia
Stasiun Maglev di Laoyang ternyata sepi. Akhir-akhir ini orang jarang naik dari Laoyang, karena ada trayek kereta dari stasiun sebelum Laoyang yg juga langsung menuju Pudong International Airport. Orang jadi malas ganti kereta. Lagipula tiket kereta itu lebih murah daripada Maglev.
Stasiunnya bersih, kereta juga bagus dan bersih. Seperti biasa, kita foto-foto di dalam gerbong secara di gerbong itu mayoritas rombongan kita. Ini foto terakhir di kamera DLSR saya sebelum memory full. Kecepatan mencapai 301 km/jam dan sekitar 7 menit kita sudah tiba di Pudong International Airport. So fast neeee ....
Beginilah penampakan Maglev Train.
Masih ada cukup waktu untuk foto-foto di Airport Shanghai dan untuk shopping. Last minute shopping ngabisin sisa RMB di dompet he he he ...
Karena penerbangan kita midnight, kita udah keburu lapar lagi dong ... jadi kita makan Burger King. Setelah itu saya ganti baju, cuci muka, dan gosok gigi, supaya tinggal tidur di pesawat.
Penerbangan kita dengan Singapore Airlines (SQ)
Sep 3, 2011 - SQ 825 - Shanghai (PVG) - SIN - 00:10 - 05:30
Begitu masuk pesawat, langsung siap-siap tidur. Mencoba tidur tapi hanya bisa tidur-tidur ayam. Sekitar jam 3 pagi, kita dibangunin untuk sarapan. Please deh ... mana selera sih.
Tiba di Singapore sekitar jam 05:30 pagi, toko-toko belum buka. Kita cuci muka dan gosok gigi dulu deh sampai toko-toko buka. Masih sempat belanja singkat di Changi sekitar 1 jam sebelum boarding. Ternyata ya ... barang-barang di Airport Pudong jauuuuuhhhhh lebih murah daripada di Changi.
Penerbangan kita ke Jakarta :
Sep 4, 2011 - SQ 952 - SIN - CGK - 07:40 - 08:25
Inilah akhir dari perjalanan kita ke China yg penuh dengan pengalaman dan kenangan tak terlupakan.
Terimakasih untuk rekan-rekan seperjalanan yg akur-akur dan ceria, untuk tour guide dan local tour guide, driver, dan para pembaca blog v1olet - my favorite things. Ke China lagi yuuuukkkkk ... I will be back!
The End
rgds,
Lucy