Pacu Jawi Binuang Mandahiliang
Nagari Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar
14 Juli 2012
Pacu Jawi (Balapan Sapi) adalah salah satu alasan mengapa saya ikut trip Kemilau Indonesia. Pacu Jawi adalah olahraga di kabupaten Tanah Datar selama ratusan tahun. Sejak tahun 2006 event ini mulai terdengar dan ternyata yg mempopulerkan event Pacu Jawi ini adalah Kemilau Indonesia. Dalam dunia fotografi, event Pacu Jawi jadi tujuan hunting dan banyak foto-foto Pacu Jawi yg menang lomba. Makanya saya kepingin melihat langsung dan coba mengabadikannya. Ternyata mamang seru dan berkesan.
Pacu Jawi ini diadakan setelah panen padi. Berlangsung selama seminggu. Setahun ada 4 kali dan diadakan bergiliran di 4 desa atau nagari di Kabupated Tanah Datar. Kali ini tuan rumahnya adalah Nagari Sungai Tarab. Arenanya adalah sawah berlumpur yg sudah dibersihkan dari tanaman padi dan rumput-rumput. Kita datang di acara penutupan atau puncak acara.
Arena Pacu Jawi
Pacu artinya adu, balap, atau lomba. Jawi artinya sapi. Jadi Pacu Jawi artinya adu sapi atau balapan sapi. Berbeda dengan karaban sapi atau lomba sapi lainnya, Pacu Jawi ini sapinya tidak diadu, tapi menurut saya seperti kontes sapi. Sepasang sapi akan berlari dengan arahan seorang joki. Yang dinilai adalah bagaimana sepasang sapi ini berlari dengan serasi, cepat, dan lurus. Ini adalah filosofi hidup, kalau sapi saja jalannya bisa lurus, apalagi manusia hidupnya harus lurus alias tidak melenceng dari norma-norma yg berlaku. Jurinya adalah pemuka adat setempat. Jokinya ada beberapa orang dan mereka inilah yg dipilih oleh pemilik sapi untuk mengendalikan sapi-sapinya. Para joki ini berbadan kekar dan sangat andal, karena mereka naik di atas bajak yg ditarik oleh sepasang sapi dan dia berpegangan pada buntut kedua sapi itu.
Joki berotot kawat bertulang besi he he he ... fitness dimana neehhhh ....
Penampilan para Joki, Juragan Sapi dan penonton banyak yg unik -- ada yg pakai topi seperti cowboy, ada yg pakai topi seperti blankon, dll. Ada pembawa acara dengan pengeras suara yg akan memimpin acara sekaligus mengawasi penonton yg berkerumun di sekitar arena.
Membawa bajak
Sebelum bertanding, sapi-sapi dimandikan, dan digiring ke lapangan untuk tunggu giliran berpacu. Tiap pasangan akan dapat giliran 5x, setelah itu sapi-sapi akan dimandikan lagi kemudian istirahat. Sapi untuk Pacu Jawi bukanlah sapi biasa yg digunakan untuk membajak sawah, tapi special buat Pacu Jawi. Sapinya kekar berotot dan harganya mahal. Jika sapi ini cidera saat bertanding, misalnya kakinya patah .... tiada berguna lagi, dan riwayatnya tamat dijagal.
Menarik sapi ke arena, sapinya ogahhhh ...
Bajak yg dipijak oleh Joki
Saat Pacu Jawi, sang joki tidak pakai pecut untuk memacu sapi-sapi itu, tapi dia akan menggigit buntutnya. Unik bukan?
Gigit Buntut Jawi supaya ngaciiiirrrrr ....
Buntut digigit, jawinya merem melek tuhhh ...
Memotret Pacu Jawi ini seru, unik, dan lucu. Arenanya sawah berlumpur, kita jadi sering kena cipratan. Karena sawah ini terasering, spot kita memotret sedikit lebih rendah dari arena. Jika sapinya berlari melenceng, bisa-bisa mereka terjun ke tempat kita memotret. Jadi sembari memotret, kita harus jeli melihat kemana arah larinya sapi-sapi itu. Kalau mendekati arah kita, kita harus sigap lari menyelamatkan diri. Kalau tidak, kita bisa diseruduk. Kalau kita telat lari, minimal kita kena cipratannya .... ya maklum dah ... sapiiiiiii suka blong remnya. Itu sebabnya ada pembawa acara yg bawa-bawa toa pengeras suara sebagai usher yg menghalau kerumuman orang yg menghalangi jalur larinya sapi. Pihak PORWI (Persatuan Olahraga Pacu Jawi) sangat kooperatif dengan para fotografer khususnya fotografer Kemilau Indonesia he he he.... Selain group kita, banyak juga fotografer lokal maupun mancanegara misalnya dari China, Australia, dan bule-bule lain. Ada orang Australia yang membuat film/video event Pacu Jawi ini. Saya tahu, sebab waktu motret ini, di kiri saya fotografer China (suami istri) dan di kanan saya kameramen dari Australia dengan asistennya yg gesit menutup kamera jika jawi-jawi mendekat sembari menciprat lumpur.
Boss Dodi Sandradi diantara para fotografer yg belepotan lumpur
Cipratan lumpur, bikin foto jadi dramatis
Tips memotret Pacu Jawi (versi Dodi Sandradi, Kemilau Indonesia) :
1. Lensa Tele 70-200 mm
2. AV
3. Aperture f/5.6 - 6.3
4. Speed minimal 1/1000
5. ISO minimal 200
6. AI Servo
7. Auto WB
8. Continuous Hi Speed
9. Compact Flash yg cukup (tak ada waktu buat hapus-hapus foto yg salah)
10. Lap untuk bersihkan cipratan lumpur, plastik buat tutupin lensa
11. Outfit : baju tangan panjang (biar gak gosong), celana pendek (biar sigap loncat), sendal jepit (biar gampang bersihin lumpur, cuci kaki), dan topi (puanassss).
Oya, sendal jepitnya yg bagusan dikit kualitasnya, sebab ada kejadian sendal jepit salah satu rekan kita sampai putus waktu lari-lari menghindari sapi-sapi yg keluar arena. Terpaksa nyeker sampai dibelikan sendal jepit baru.
12. Penonton ... boleh pakai payung. Payung pink juga boleh he he he ....
Selain acara di arena Pacu Jawi, ada juga keramaian dan hiburan rakyat setempat.
More photos, please visit my Flickr
Next : Suasana Pacu Jawi
rgds,
Lucy
No comments:
Post a Comment