Setelah perut kenyang dan adem (beberapa dari kita minum es podeng after lunch), kita melanjutkan jalan-jalan kita ke Cagar Alam Pangandaran, tujuan yg sebetulnya tidak termasuk dalam itinerary. Tetapi ternyata malah menyenangkan lho ... sebab banyak yg bisa dilihat di Cagar Alam ini.
Tiket masuk ke Cagar Alam ini tidak mahal, kalau tidak salah Rp 3.000,- per orang dan untuk sewa senter dan guide sekitar Rp 15.000,- per orang. Jadi total Rp 18.000,- Yg Rp 3.000,- dibayar oleh Cemara Adventure, kita bayar yg Rp 15.000,- sebab optional.
Begitu mobil memasuki area parkir, kita langsung bisa melihat rusa, menjangan, dan monyet yg berkeliaran di perkampungan penduduk dan warung-warung di sekitar cagar alam. Rupanya karena sulit mencari makanan di hutan, binatang-binatang itu jadi turun kampung, bukan sekedar makan rumput, tapi juga makan sampah rumah tangga. Miris sih melihat binatang-binatang itu mengais-ngais sampah karena kelaparan.
Khusus tentang monyet, saya terus terang agak takut sama monyet-monyet ini sebab takut dicakar and takut digigit, ntar bisa rabies lagi. Mana banyak lagi nih monyet yg seliweran, kadang loncat di atas kepala. Tapi oleh petugas Cagar Alam dijelasin tips supaya tidak diserang oleh monyet, misalnya kalau jalan tangan jangan mengepal, tapi dibuka. Kalau mengepal si monyet kira kita bawa makanan. Jangan bawa kantong kresek dan tas yg gede-gede apalagi isi makanan, langsung deh disamperin oleh si monyet dan bakal diaduk-aduk tasnya ... rekan kita si Rini nanti mengalaminya -- disamperin monyet karena tertarik sama tasnya. Lalu jangan bawa minuman soft drink, apalagi Pocari Sweat dan Mizone ... wah monyet paling suka sama 2 minuman itu. Ada fotonya monyet lagi buka botol Mizone dan lagi nenggak Pocari ... so cute you know .... Mustinya Pocari dan Mizone jadi donatur Cagar Alam ini nih .... Kalau haus bawa botol minum saja atau botol Aqua. Hebat ya monyet bisa membedakan antara Aqua dan Pocari Sweat, tau aja si monyet minuman mahal he he he...
Ini beberapa spot yg bisa dieksplore ... baik keindahan dan keunikannya juga untuk foto-foto narsis :)
Photo Credit : Ratih Utami
Perhentian pertama adalah Gua Jepang alias Goa Jepang.
Goa Jepang
Goa Jepang ini dibuat oleh Tentara Jepang selama pendudukan Jepang di Indonesia dan Perang Dunia Pertama antara tahun 1942-1945. Waktu pembuatannya selama 1 tahun dan pekerjanya adalah orang Indonesia yg kerja paksa yg kejam versi Jepang, Romusha. Setelah goa ini selesai, semua pekerjanya dibunuh. Sadis kan?! Tapi cara seperti ini sudah biasa di zaman dahulu, sebab takut membocorkan rahasia jalan keluar goa ini.
Pintu masuk goa ini ada dua. Yg satu pintu tipuan, yg ujungnya buntu (pinter aja arsiteknya ... he he he ...), dan yg satunya lagi adalah pintu yg sebenarnya yg ujungnya bisa keluar di antara akar-akar pohon.
Pintu masuk tipuan
Pintu Masuk Goa yg sebenarnya
Photo Credit : Jane Jessica
Oya di dalam goa benar-benar gelap dan oleh pihak Cagar Alam sama sekali tidak dipasang lampu. Kita musti bawa senter untuk masuk, itu sebabnya kita sewa senter :) Kebayang gak sih kalau malam-malam terjebak di sini .... dijamin seyeeemmmm .... Tapi begini yg saya suka, segala sesuatunya alami, natural, dan apa adanya, tidak ditambah-tambah atau didramatisir untuk konsumsi turis/pariwisata.
Sebetulnya goa ini dibuat untuk persembunyian tentara Jepaang dari kejaran tentara Sekutu, makanya goa ini dibuat pendek. Tentara Jepang yg pendek-pendek bisa lari dengan lincah di dalam goa, sedangkan tentara Sekutu yg jangkung tentu harus nunduk-nunduk di dalam gua sehingga tentara Jepang tak terkejar. Di dalam goa terdapat ruang penyiksaan dan ruang tahanan. Tapi belum sempat goa ini dipakai, keburu Jepang kalah perang dan terpaksa pulang ke tanah airnya.
Karena goa ini dibuat di dalam bukit kapur, maka bagian langit-langit goa masih dalam bentuk stalagtit bergerigi yg aktif dan bertumbuh.
Ujung jalan keluar dari goa ini tersembunyi di bawah akar-akar pohon .... begitu melihat cahaya matahari di luar sana dan terasa ada udara segar yg masuk ke paru-paru ... rasanya aku bebaaaasssss .... and boleh gaya narsis lagi ...
Photo Credit : Dina Middin
Akar pohon-pohon di sini betul-betul dahsyat ... untuk menuruni bukit ini kita dianjurkan berjalan di atas akar-akar pohon ini sebab kalau jalan di tanah malah licin dan bisa terpeleset. Akar-akar ini sangat kuat lho ... hebat euy!
Photo Credit : Ratih Utami
Kita meninggalkan Goa Jepang dan berjalan memasuki hutan cagar alam.
Next Posting : Hutan Cagar Alam
rgds,
Lucy