Welcome to v1olet Blog


All photos, unless I mention and credit the source, are my personal photo stocks. If you like my photos and would like to use them, please ask by writing your comment.

Sunday, July 29, 2012

Travel : Minangkabau Journey - Sunrise di Jembatan

Sunrise di Jembatan Siti Nurbaya, Padang
14 July 2012

Kita kumpul di Lobby pagi-pagi sekali saat masih gelap karena mau foto matahari terbit di sebuah jembatan di atas sungai.  Dari hotel hanya sekitar 5 menit.  Saat kita tiba di sana lampu-lampu perahu dan rumah-rumah penduduk di tepi sungai berkelap-kelip.  Agak dingin nih, gawatnya saya tidak bawa jaket ... hadeuhhhh.






Jembatan itu agak kotor, banyak sampah-sampah berserakan, mungkin tadi malam banyak yg kongkow-kongkow di sini.  Itu sebabnya saat kita menancapkan tripod, ada tukang sapu yg bertugas bersih-bersih pagi ini.  Walaupun masih gelap tapi suasana di jembatan ini tidak sepi, sebab banyak orang berolahraga, jalan pagi, jogging, melintasi jembatan ini. Sekitar jam 6 pagi mulai deh tercium bau masakan dan terdengar lagu dangdut he he he ...  Saya jadi lapar nih ... perut ikut dangdutan.

Mulai terang nih ... Liendha ikut motret pakai Galaxy Tab.


Jembatan Siti Nurbaya with Filter Effect supaya lebih dramatis dan ada kesan kuno :)

Dari atas jembatan, kita bisa memotret pemandangan dari sisi sana maupun sisi sini, tinggal menyebrang jalan saja.  Tapi karena foto landscape cirinya mengejar sinar matahari, maka jelas posisi yg menghadap matahari yg lebih disukai dan di situ tripod dipasang.



Sudah foto-foto landscape sekarang foto narsis ... tanda bahwa kita pernah ke sini. Oya, kita 5L lho ... Lany, Lisa, Lulu, Liendha, and Lucy.  Bisa gitu sihhhh ...


 Liendha in red -- bando, t-shirt, sendal jepit matching euy!


Lucy, Lany, Lisa, Liendha 

Lulu, Lany, Lisa, Liendha

Setelah itu kita kembali ke hotel untuk sarapan dan mandi bagi yg belum mandi tadi subuh.  Berkemas-kemas koper dan check out.  Tujuan kita selanjutnya adalah beli oleh-oleh di toko Sherly.  Bisa beli macam-macam keripik dan sebagian besar dibumbu cabai alias balado, misalnya keripik singkong balado, keripik singkok balado durian (unik nih ... langsung dicoba), keripik kentang, keripik talas, keripik ikan goreng tepung, rendang paru, dan lain-lain.  Banyak macamnya deh, dan rata-rata pada mborong.  Dikemas dalam kardus yg bisa dijinjing sehingga bisa masuk bagasi pesawat.  Kalau tidak mau repot nenteng-nenteng bisa dikirim via ekspedisi yg 1 hari sampai. Ongkosnya tidak mahal.  Saking serunya belanja, saya lupa foto-foto. :(

Perjalanan dilanjutkan ke Tanah Datar untuk memotret Pacu Jawi.  Ditempuh dalam waktu 2.5 jam dan mampir di salah satu RM Padang untuk beli nasi kotak.

Next : Pacu Jawi

rgds,
Lucy

Wednesday, July 25, 2012

Travel : Minangkabau Journey - Pantai Nirwana

Pantai Nirwana, Padang
13 Juli 2012



Tiba di Padang sudah lewat jam makan siang, belum terlalu lapar karena tadi sudah makan Sate Padang Mak Syukur.  Kita dibawa ke RM Padang Lamun Ombak untuk makan siang.  Thanks to Liendha yg mengingatkan saya nama resto ini.  Menunya komplit ala Rumah Makan Padang deh ... saya juga pesan Soto Padang.  Karena kita orang Jakarta, jadi rasanya lebih enak RM Sari Bundo yg di Jl. Juanda he he he ... lebih pas dengan lidah kita.  Masakan Padang di kota Padang bumbunya lebih intense.  Soto Padangnya juga harum bumbu sekali.



Perut sudah kenyang, hari panas terik, enaknya baring-baring sebentar .... nah makanya kita langsung check in di Hotel Hayam Wuruk.  Hotelnya bagus dan bersih.  Kamarnya cukup besar dan saya suka interiornya.  Lantainya dari keramik, tidak pakai karpet, jadi kesannya bersih dan tidak tercium bau-bau yg tak sedap.  Kalau pakai karpet seringkali bau lembab dan apek atau kalau ada yg merokok, bau rokoknya nempel di karpet.  Enaknya lagi, TV-nya dijadikan pembatas antara ruang tamu dan kamar tidur, jadi TV-nya bisa diputar bolak-balik.  Asik nih, pinter yg ngedesign.  Toiletnya bersih.  Tempat tidurnya dong .... dihiasi dengan handuk mandi (angsa gede) dan handuk muka (angsa kecil) yg dibentuk angsa ... duh kayak kamar pengantin aja.





Kita dikasih waktu untuk istirahat sekitar 90 menit.  Jam 15:30 kita berkumpul di lobby untuk berangkat ke Pantai Nirwana untuk foto sunset.  Harus on time, kalau telat bisa ditinggal.

Pantai Nirwana

Air yg surut meninggalkan jejak garis berlapis-lapis. Nice!

Lokasi Pantai Nirwana tidak terlalu jauh dari hotel, jadi hanya sebentar, kita sudah sampai. Masih sore, masih terang, masih sempat survey lokasi, setting kamera dan tripod.  Pantai Nirwana ini airnya surut, dan tidak berombak.  Tidak kelihatan orang berenang atau olahraga air.  Paling yg kelihatan adalah orang yg mancing, menebar jala, orang-orang yg ngobrol2 di pondok-pondok, dan orang pacaran. Pada jajan, minum es kelapa muda.  Jarang orang yg main-main air di pantai, jadinya enak buat kita yg foto-foto landscape.  Yg berkeliaran adalah rekan-rekan kita sendiri.  Jadi kalau "bocor" ... ya ... rekan-rekan kita sendiri sesama sunset hunter he he he ...

Sunset Hunters

Oya kalau mau foto sunset di Pantai, kita harus bawa senter dan cream anti nyamuk, karena di pantai banyak nyamuk dan agas.

Rekan-rekan seperjalanan saya hampir semuanya sudah "expert" dan gear-nya hebat-hebat.  Terus terang saya baru pertama pakai Filter GND (Graduated Neutral Density), jadi masih ribet setting-setting dan ribet pasang-pasangnya he he he ... Lagipula saya bawa Tripod Travelling yg ringan tapi kurang stabil, akibatnya tripod bisa dancing.  Karena kerepotan, saya titip tas saya ke temen saya yg tidak motret, yg duduk-duduk di pondok-pondok di pinggir pantai.  Saya hanya bawa tripod dan kamera dengan filter GND 0.9 terpasang di lensa Canon EF-S 10-22mm.  Eh ... ternyata setelah jalan jauh .... sekrup tripod longgar, saya tidak bawa kunci L.  Terpaksa mengencangkan sekrup pakai kulit kerang ....




Kata EO kita, Mas Dodi, dulunya Pantai Nirwana ini areanya tidak luas.  Sebagian besar masih tertutup dengan semak-semak, pohon-pohon, dan batu-batu.  Karena permintaan para fotografer maka Pemerintah Daerah setempat melalui Dinas Pariwisata memperluas areal pantai, dibersihkan, dan dibuka untuk pengunjung, hingga sekarang bibir pantai jadi lebih panjang dan banyak spot menarik dengan Point of Interest yg unik untuk dibidik.  Thanks to fellow photographers.




Tak terasa motret dari ujung ... berhenti untuk motret ... jalan lagi ... motret lagi ... tahu-tahu sudah jauh banget dan langit mulai berubah warna menjadi kuning keemasan, kemerahan, kebiruan, hingga akhirnya gelap. Masih belum sampai ke ujung tuh saya. Mungkin baru sampai setengahnya. Kalau begini kayaknya I'll be back nih ...



Jika hari sudah gelap kita tidak motret lagi secara kita adalah light stalking ... saatnya pulang.  Dan senter diperlukan untuk menerangi jalan kembali ke bis.

Makan malam kita adalah Martabak Malabar Arham.  Tapi di situ bukan hanya jual martabak lho ... ada nasi goreng kambing, ada sop buntut, roti canai, dan lain-lain.  Martabaknya sendiri ada beberapa jenis, misalnya Martabak Telur, Martabak Malabar, Martabak Palembang, dll. Sop buntut dihidangkan dengan nasi.  Sopnya enak.

Chef sedang memasak Martabak Telur (kiri) dan Martabak Kubang (kanan)

Martabak Telur

Teman-teman saya yg cewek-cewek lebih suka Martabak Telur ketimbang martabak Kubang yg lebih terasa rempah Timur Tengah.

 Martabak Kubang

Nasi Goreng

Nah ... ada bonus malam ini yaitu Es Durian di kedai es "Ganti Nan Lamo".  Es durian itu 3/4 gelas adalah blender duren, sisanya adalah es serut, kolang-kaling, cincau, pacar cina, dll.  Sayangnya blender duren dikasih gula dan susu kental manis coklat, jadi rasa durennya agak kurang orisinil.  Anyway ... es durian ini enak.  Saya hanya makan 3/4 saja ... ya cuma blender duriannya doang ... yg 1/4 sisanya saya tinggalin he he he ...





Kita kembali ke hotel untuk istirahat karena besok kumpul jam 5 pagi untuk foto sunrise di Jembatan Siti Nurbaya.

Next : Jembatan Siti Nurbaya

rgds,
Lucy

Sunday, July 22, 2012

Travel : Minangkabau Journey - Rumah Gadang

Minangkabau Journey, 13-15 July 2012
Kemilau Indonesia



Sudah lama ingin ke Padang dan Bukittinggi, akhirnya kesampaian juga.  Saya ikut Minangkabau Journey yg diadakan oleh Kemilau Indonesia. Saya berdua dengan Liendha, teman sejak zaman kuliah dulu.  Peserta group kita ada 18 orang plus komandan kita Dodi Sandradi bossnya Kemilau Indonesia, plus Mbak Frida, istrinya.

Kita berangkat tgl 13 Juli 2012 dengan pesawat Lion Air, flight JT252, ETD 05:50, ETA 07:35.  Janjian ketemu Liendha di Terminal 1B SoeTa.  Pesawat berangkat agak telat dikit, tapi bisa dimaklumi soalnya Late Is Our Nature ...

Setelah ambil bagasi kita keluar dan di sana langsung disambut dengan rekan2 seperjalanan kita, yg ternyata duduknya pada berdekatan lantaran sudah web check-in oleh Kemilau Indonesia.  Jadi tadi kita duduk sebelahan tapi cuek-cuekan malah pada tidur nyenyak tanpa ngobrol2 he he he ...  Kita langsung digiring menuju bus pariwisata dan selama perjalanan menuju tempat sarapan, kita diperkenalkan satu per satu supaya cepat akrab. Seru juga.  Sarapan kita adalah Ketupat Padang.  Maaf tidak saya foto soale masih jetlag he he he .... Ketupat Padang ini isinya sederhana, cuma ketupat dan sayur nangka, tanpa sayur pakis, tapi bumbunya pas dan enak.  Plus kerupuk pink.  Minumnya teh manis mendidih ... bukan main panasnya ... xo xo xo ...

Sudah sarapan kita menuju ke Padang Panjang untuk makan Sate Padang Mak Syukur.  Wah ... komplit nih, wisata fotografi dan wisata kuliner.  Perjalanan sekitar 2 jam lebih dan dimanfaatkan oleh kita semua untuk melanjutkan acara tidur, sebab tadi pagi kan bangun jam 3 supaya bisa check in jam 4:30.

Sate Padang Mak Syukur
Tiap makan Sate Padang, jadi ingat saat-saat kuliah di UI ... menu makan malam kita nih ... Seperti biasa, saya makan ketupat dan bumbunya doang, satenya pindah semua ke piring Liendha, saya cuma icipin 1 tusuk aja.  Jadi Liendha makan 15 tusuk bok!




Minumnya teh manis hangat, seperti biasalah ... Tapi ada yg pesan Teh Taluik yaitu Teh panas dikasih kuning telur ayam.  Minuman perkasa nih ... supaya sehat dan kuat.


Perut sudah kenyang, waktunya kita foto arsitektur Rumah Gadang.

Rumah Gadang di Padang Panjang

Rumah Gadang adalah rumah khas orang Minang, kata teman saya, Ika, atapnya yg lancip-lancip itu disebut atap bagonjong.  Foto yg di atas itu adalah tampak depan, pintu masuknya dari situ.  Sedangkan kalau dari samping, bentuknya unik, dan konstruksi kakinya tidak tegak tapi miring-miring.  Ini bukan saya ambil fotonya miring loh, lihat saja dasarnya rata dan tanaman di depannya juga tegak lurus.



Nah, sekarang foto tampak dari depan.  Bagus kan bentuknya. 



Narsis corner ... woooohoooooo ...

Photo credit : Liendha

Di dalam Rumah Gadang ini ada berbagai barang dan perlengkapan adat Minang yg dipakai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minang.  Ada pelaminan yg merah meriah dan ada penyewaan baju adat Minang dan bisa foto-foto untuk kenang-kenangan.  Rekan-rekan kita jadi model dadakan supaya kita bisa foto-foto.  Modelnya adalah Mas Dodi + istri, Pak Bob, Ine, Lany dan Liendha.  Jadi total 2 cowo dan 4 cewe.  Seru nih ...  Model tanpa make-up dan tanpa gincu .... maklum fotografer ribet bawa gear, gak bawa cosmetic case he he he ...

Lany sedang didandani, di belakangnya Mas Dodi sedang inspeksi sembari tunggu giliran

Ini hiasan kepala yg beratnya minta ampun ... bikin kepala sakit dan pusing beneran, bukannya "pusssiiiinngg" pura-puranya Peggy Melati Sukma ya ....



Semua busana yg disewakan adalah busana pengantin dari berbagai daerah di Ranah Minang, misalnya yg warna kuning yg dipakai Liendha adalah busana pengantin dari daerah Batu Sangkar.  Ada warna merah, hijau, pink, dll.

Datuk 'Bob' Maringgih dan selir-selir


Pengantin centil, gaya Cherrybell

Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya ... 

Ine - Liendha - Lany






Pengantin beneran nih ....

Mau lihat busana pengantin dari belakang?  Ini fotonya ....


Udah ... udah .... modelnya capek, lehernya udah pada sakit pakai bando yg amboiiiii beratnyo.  Habis potret-potret kita kembali ke Padang untuk makan siang..

Oya, dalam perjalanan menuju Padang Panjang, Batu Sangkar, kita melewati Air Terjun Lembah Anai yg letaknya dekat dengan pinggir jalan.  Bahkan dari dalam bis kita bisa melihat air terjun itu.  Bolak-balik, jadi kita lihat air terjun itu 2X.  Sebetulnya kalau ada waktu bisa berhenti untuk foto-foto air terjun, jembatan kereta api yg bentuknya unik, atau mau foto slow speed di sungai kecil yg berbatu-batu.  Next time deh ... ngeburu waktu untuk foto sunset.


Ini foto sungai kecil di tengah rimbunnya pohon-pohon hutan lindung.  Salah satu paru-parunya Indonesia kata Liendha he he he ...  Ini difoto dari balik jendela bis, jadi harap maklum, kualitas kurang prima.

Next : Pantai Nirwana

rgds,
Lucy